Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.
Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik napas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernapasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik
manyisiahan angok (menyisihkan napas).
Tiap
nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari memiliki ciri khas tersendiri. Contoh dari ciri khas itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Ciri khas Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Sedangkan, ciri khas yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah
Solok.
Dahulu, kabarnya pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri yang berguna untuk menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan
Pitunang Nabi Daud. Isi dari mantera itu kira-kira :
Aku malapehan pituang Nabi Daud, buruang tabang tatagun-tagun, aia mailia tahanti-hanti, takajuik bidodari di dalam sarugo mandanga bunyi saluang ambo, kununlah anak sidang manusia...... dan seterusnya
gambar Saluang
Rebana (
Bahasa Jawa: Terbang) adalah
gendang berbentuk
bundar dan pipih. Bingkai berbentuk lingkaran dari
kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit
kambing. Kesenian di
Malaysia,
Brunei,
Indonesia dan Singapura yang sering memakai rebana adalah musik irama padang pasir, misalnya,
gambus,
kasidah dan
hadroh.
Bagi masyarakat
Melayu di negeri
Pahang, permainan rebana sangat populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar
Sungai Pahang. Tepukan rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong-indong, burung kenek-kenek, dan pelanduk-pelanduk. Di Malaysia, selain rebana berukuran biasa, terdapat juga rebana besar yang diberi nama
Rebana Ubi, dimainkannya pada hari-hari raya untuk mempertandingkan
bunyi dan
irama.
Kacapi parahu adalah suatu kotak resonansi yang bagian bawahnya diberi lubang resonansi untuk memungkinkan suara keluar. Sisi-sisi jenis kacapi ini dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai perahu. Di masa lalu, kacapi ini dibuat langsung dari bongkahan kayu dengan memahatnya.
kecapi parahu
Kacapi rincik memperkaya iringan musik dengan cara mengisi ruang antar nada dengan frekuensi-frekuensi tinggi, khususnya dalam lagu-lagu yang bermetrum tetap seperti dalam
kacapi suling atau
Sekar Panambih. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kacapi yang lebih kecil dengan dawai yang jumlahnya sampai 15.
Kacapi indung memimpin musik dengan cara memberikan intro,
bridges, dan
interlude, juga menentukan tempo. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kacapi besar dengan 18 atau 20 dawai.
gambar kecapi indung dan kecapi rincik
Rebab (
Arab الربابة atau
ربابة - "busur (instrumen)"), juga
rebap,
rabab,
rebeb,
rababah, atau
al-rababa) adalah jenis alat musik senar yang dinamakan demikian paling lambat dari abad ke-8 dan menyebar melalui jalur-jalur perdagangan Islam yang lebih banyak dari
Afrika Utara,
Timur Tengah, bagian dari
Eropa, dan
Timur Jauh. Beberapa varietas sering memiliki tangkai di bagian bawah agar rebab dapat bertumpu di tanah, dan dengan demikian disebut rebab tangkai di daerah tertentu, namun terdapat versi yang dipetik seperti
kabuli rebab (kadang-kadang disebut sebagai
robab atau
rubab).
Ukuran rebab biasanya kecil, badannya bulat, bagian depan yang tercakup dalam suatu membran seperti
perkamen atau
kulit domba dan memiliki leher panjang terpasang. Ada leher tipis panjang dengan pegbox pada akhir dan ada satu, dua atau tiga
senar. Tidak ada
papan nada. Alat musik ini dibuat tegak, baik bertumpu di pangkuan atau di lantai.
Busurnya biasanya lebih melengkung daripada biola.
Rebab, meskipun dihargai karena nada suara, tetapi memiliki rentang yang sangat terbatas (sedikit lebih dari satu
oktaf), dan secara bertahap diganti di banyak dunia Arab oleh biola dan
kemenche. Hal ini terkait dengan instrumen
Irak,
Joza, yang memiliki empat senar.
Pengenalan rebab ke Eropa Barat telah mungkin bersamaan dengan penaklukan
Spanyol oleh bangsa
Moor, di
Semenanjung Iberia. Namun, ada bukti adanya alat musik ini pada abad ke-9 juga di Eropa Timur: ahli geografi Persia abad ke-9
Ibnu Khurradadhbih mengutip
lira Bizantium (atau lūrā) sebagai alat musik busur khas Bizantium dan setara dengan
rabāb Arab.
Rebab di Turki
Saron atau yang biasanya disebut juga ricik ,adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan.
Dalam satu set gamelan biasanya mempunyai 4 saron, dan semuanya memiliki versi pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu.
Dari kiri-kanan; saron panerus, saron barung, dan demung, dari
STSI Surakarta Cara menabuhnya ada yang biasa sesuai nada, nada yang imbal, atau menabuh bergantian antara saron 1 dan saron 2. Cepat lambatnya dan keras lemahnya penabuhan tergantung pada komando dari kendang dan jenis gendhingnya. Pada gendhing Gangsaran yang menggambarkan kondisi peperangan misalnya, ricik ditabuh dengan keras dan cepat. Pada gendhing Gati yang bernuansa militer, ricik ditabuh lambat namun keras. Ketika mengiringi lagu ditabuh pelan.
Dalam memainkan saron, tangan kanan memukul wilahan / lembaran logam dengan tabuh, lalu tangan kiri memencet wilahan yang dipukul sebelumnya untuk menghilangkan dengungan yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya. Teknik ini disebut memathet (kata dasar:
pathet = pencet)
siipp
BalasHapus