Pages

Minggu, 04 Desember 2011

Budaya Sunda

Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjujung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat sunda, ramah tamah (someah), murah senyum, lemah lembut, dan sangat menghormati orangtua. Itulah cermin budaya dan kultur masyarakat sunda. Di dalam bahasa Sunda diajarkan bagaimana menggunakan bahasa halus untuk orang tua.
Seperti pada kebudayaan sunda, kebudayaan sunda termasuk kebudayaan tertua.kebudayaan sunda yang ideal kemudian sering dikaitkan sebagai kebbudayaan raja – raja sunda. Ada beberapa waTka dalam budaya Sunda tentang satu jalan menuju keutamaan hidup.Etos dan watak Sunda itu adalah cageur,bageur,singer dan pinter. Kebudayaan sunda juga merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perludilestarikan. Hampir semua masyarakat sunda beragama Islam namun ada beberapa yang bukan beragama islam, walaupun berebeda namun pada dasarnya seluruh kehidupan di tujukan untuk alam semesta.
Kebudayaan sunda memiliki ciri khas tertentu yang membedakannya dari kebudayaan – kebudayaan lain. Secaraumum masyarakat Jawa Barat atau Tatar sunda , sering dikenal dengan masyarakat religius.Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo “ silih asih, silih asah dan silih asuh, saling mengasihi, saling mempertajam diri dan saling malindungi.Selain itu Sunda juga memiliki sejumlah budaya lain yang khas seperti kesopanan,rendah hati terhadap sesama, kepada yang lebih tua dan menyayangi kepada yang lebih kecil.Pada kebudayaan sunda keseimbangan magis di pertahankan dengan cara melakukan upacara-upacara adat sedangkan keseimbangan sosial masyarakat sunda melakukan gotong royong untuk mempertahankannya.
Budaya sunda memiliki banyak kesenian , diantaranya adalah kesenian sisngaan, tarian khas sunda, wayang golek,permainan anak kecil yang khas,alat musik sunda yang bisanya digunakan pada pagelaran kesenian.
Sisingaan adalah kesenian khas sunda yang menampilkan 2 – 4 boneka singa yang diusung oleh para pemainnya sambil menari sisingaan sering digunakan dalam acara tertentu, seperti pada acra khitanan.
Wayang golek adalah boneka kayu yang dimainkan berdasarkan karakter tertentu dalam suatu cerita perwayangan. Wayang diamainkan oleh seorang dalang yang menguasai berbagai karakter maupun suara tokoh yang di mainkan.
Jaipongan adalah pengembangan dan akar dari tarian klasik .
Tarian Ketuk Tilu , sesuai dengan namanya Tarian ketuk tilu berasal dari nama sebuah instrumen atau alat musik tradisional yang disebut ketuk sejumlah 3 buah.
Alat musik khas sunda yaitu, angklung , rampak kendang, suling,kecapi,gong,calung. Angklung adalah instrumen musik yang terbuat dari bambu , yang unik , enak didengar angklung juga sudah menjadi salah satu warisan kebudayaan Indonesia.
Rampak kendang adalah salah satu instrumen musik tradisional yang di mainkan bersamma – sama instrumen lainnya.

Jumat, 11 November 2011

10 budaya Indonesia yang di Klaim Malaysia

1.Batik

Klaim Malaysia atas batik sangat meresahkan perajin batik Indonesia. Bangsa ini harus segera menghapus bayang-bayang yang meresahkan itu agar perajin batik Indonesia di kemudian hari tidak perlu memberi royalti kepada negara lain.

Perajin batik Pekalongan, Romi Oktabirawa, mengatakan hal itu dalam pembentukan Forum Masyarakat Batik Indonesia di Jakarta. Romi mengatakan, generasi batik masa lampau hanya melihat kompetisi antarperajin di dalam negeri. Kini, sudah saatnya perajin batik bersatu, menunjukkan eksistensi bahwa batik adalah warisan budaya Indonesia.

Untuk melestarikannya, Pemerintah Indonesia akan menominasikan batik Indonesia untuk dikukuhkan oleh Unesco sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage).

2.Tari Pendet

Geram dan marah muncul dari masyarakat Indonesia menyikapi klaim kebudayaan yang dilakukan Malaysia. Berbagai aset budaya nasional dalam rentang waktu yang tak begitu lama, diklaim negara tetangga. Pola pengklaimannya pun dilakukan melalui momentum formal kenegaraan. Seperti melalui media promosi ‘Visit Malaysia Year’ yang diselipkan kebudayaan nasional Indonesia.

3.Wayang Kulit

    Wayang kulit adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali.
UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia. Banyak negara memiliki pertunjukkan boneka. Namun, pertunjukkan bayangan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikkan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Dan untuk itulah UNESCO memasukannya ke dalam Daftar Warisan Dunia pada tahun 2003.
Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukkan dibawa masuk oleh pedagang India. Namun demikian, kejeniusan local, kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukkan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukkan di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukkan wayang berasal dari Prasasti Balitung di Abad ke 4 yang berbunyi “si Galigi mawayang”
Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni pertunjukkan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu, dimana pertunjukkan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata.
Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukkan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, dimana saat pertunjukkan yang ditonton hanyalah bayangannya saja, yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit.
Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang memperkenalkan nilai-nilai Islam.
Pun ketika misionaris Katolik, Pastor Timotheus L. Wignyosubroto SJ pada tahun 1960 dalam misinya menyebarkan agama Katolik mengembangkan Wayang Wahyu, yang sumber cerita berasal dari Alkitab.

contoh Wayang kulit dari Jawa

Batara Guru (Siwa) dalam bentuk seni wayang Jawa.
 contoh wayang kulit dari Bali



4.Angklun
  Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog.
Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.
 salah satu contoh ANGKLUNG



















 









5. Reog Ponorogo
     Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
contoh gambar Reog Ponorogo


6. Kuda Lumping
     Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Jaran Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari reog. Meskipun tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap di Sumatera Utara dan di beberapa daerah di luar Indonesia seperti di Malaysia.
Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
 Tarian kuda lumping saat festival di Yogyakarta


Atraksi memakan kaca di beberapa pertunjukan Kuda Lumping

 

7. Lagu Rasa Sanyange
   Rasa Sayange atau Rasa Sayang-Sayange adalah lagu daerah yang berasal dari Maluku, Indonesia. Lagu ini merupakan lagu daerah yang selalu dinyanyikan secara turun-temurun sejak dahulu untuk mengungkapkan rasa sayang mereka terhadap lingkungan dan sosialisasi di antara masyarakat Maluku.
Jika didengarkan, lagu ini layaknya seperti sajak atau pantun yang bersahutan. Oleh karenanya banyak versi dari lagu ini karena liriknya dapat dibuat sendiri sesuai maksud dan tujuan dari lagu tersebut.
Namun dari liriknya tetap diawali oleh kalimat Rasa sayange rasa sayang sayange, Eeee lihat dari jauh rasa sayang sayange dan diakhir lagu ini liriknya selalu diakhiri dengan kalimat Kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi... Kalau ada umurku panjang, boleh kita berjumpa lagi.
 Kontroversi
 Lagu ini digunakan oleh departemen Pariwisata Malaysia untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar bulan Oktober 2007. Sementara Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu kepulauan Nusantara (Malay archipelago)[1], Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu "Rasa Sayange" adalah milik Indonesia karena ia merupakan lagu rakyat yang telah membudaya di provinsi Maluku sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu adalah salah.[2] Gubernur melihat bukti otentik bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Maluku, dan setelah bukti tersebut terkumpul, akan diberikan kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor menyatakan bahwa rakyat Indonesia tidak bisa membuktikan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Indonesia. Bagaimanapun, bukti tersebut akhirnya ditemukan. 'Rasa Sayange' diketahui direkam pertama kali di perusahaan rekaman Lokananta Solo 1962. [3] Pada tanggal 11 November 2007, Menteri Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Budaya Malaysia, Rais Yatim, mengakui bahwa Rasa Sayange adalah milik Indonesia [4]. Namun, ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa Malaysia menyebutkan bahwa mereka mengakui bahwa Rasa Sayange adalah milik bersama, antara Indonesia dan Malaysia[5].
Tentang bukti rekaman "Rasa Sayange", bukti lagu tersebut direkam oleh Lokananta, Solo, Indonesia pada tahun 1962 dalam piringan hitam Gramophone [6]. Rekaman master dari piringan ini masih disimpan oleh Perum PNRI Cabang Surakarta yang dahulunya adalah PN Lokananta. Ini dikenal sebagai rekaman pertama terhadap lagu ini. Piringan hitam tersebut didistribusikan sebagai souvenir kepada partisipan Asian Games ke 4 tahun 1962 di Jakarta, dan lagu "Rasa Sayange" adalah salah satu lagu rakyat Indonesia di piringan tersebut, bersama dengan lagu etnis lain Indonesia seperti Sorak-sorak Bergembira, O Ina ni Keke, dan Sengko Dainang.
Lagu ini juga pernah dinyanyikan dalam Bahasa Hindi oleh Mohd Rafi dan Lata Mengeshkar dalam film Singapore 1960 yang diperan oleh Shammi Kapoor dan Padmini.[7][8]. Lagu ini juga ditayangkan dalam film Insulinde, film yang menggambarkan Hindia Belanda tahun 1937 - 1940.[9]
Bagaimanapun, lagu tersebut telah lebih dulu digunakan dalam filem Melayu Rasa Sayang Eh yang diterbitkan pada tahun 1959[10][11], dan juga dinyanyikan dalam satu babak filem Antara Dua Darjat (1960) arahan Allahyarham Tan Sri P.Ramlee[12][13].

8. Bunga Rafflesia Arnoldii
   Padma raksasa (Rafflesia arnoldii) merupakan tumbuhan parasit obligat yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia. Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis. Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan). Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan daerah konservasi utama spesies ini. Jenis ini, bersama-sama dengan anggota genus Rafflesia yang lainnya, terancam statusnya akibat penggundulan hutan yang dahsyat. Di Pulau Jawa tumbuh hanya satu jenis patma parasit, Rafflesia patma.
Bunga merupakan parasit tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak bertangkai. Diameter bunga ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter dengan berat sekitar 11 kilogram. Bunga menghisap unsur anorganik dan organik dari tanaman inang Tetrastigma. Satu-satunya bagian yang bisa disebut sebagai "tanaman" adalah jaringan yang tumbuh di tumbuhan merambat Tetrastigma. Bunga ini mempunyai lima daun mahkota yang mengelilingi bagian yang terlihat seperti mulut gentong. Di dasar bunga ini  terdapat bagian seperti piringan berduri, berisi benang sari atau putik bergantung pada jenis kelamin bunga itu sendiri, jantan atau betina. Hewan penyerbuk adalah lalat yang tertarik dengan bau busuk yang dikeluarkan bunga ini. Bunga ini  hanya berumur sekitar satu minggu (5-7 hari) dan setelah itu layu dan mati. Persentase pembuahan sangat kecil, karena bunga jantan dan bunga betina sangat jarang bisa mekar bersamaan dalam satu minggu, itu pun kalau ada lalat yang datang membuahi.

Padma raksasa atau rafflesia arnoldii
Bunga Rafflesia Arnoldi di Bengkulu, Bunga terbesar di Dunia
Bunga RAFFLESIA ARNOLDI di Bengkulu, Bunga terbesar di Dunia
9. Keris
  Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berliku-liku, dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu guratan-guratan logam cerah pada helai bilah. Jenis senjata tikam yang memiliki kemiripan dengan keris adalah badik. Senjata tikam lain asli Nusantara adalah kerambit.
Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel/peperangan,[1] sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.
Penggunaan keris tersebar pada masyarakat penghuni wilayah yang pernah terpengaruh oleh Majapahit, seperti Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, pesisir Kalimantan, sebagian Sulawesi, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan (Mindanao). Keris Mindanao dikenal sebagai kalis. Keris di setiap daerah memiliki kekhasan sendiri-sendiri dalam penampilan, fungsi, teknik garapan, serta peristilahan.
Keris Indonesia telah terdaftar di UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Non-Bendawi Manusia sejak 2005.[2]

Sebilah keris Jawa (kanan) dengan sarung keris (warangka).

10. Rendang Padang
 
  Rendang daging adalah masakan tradisional bersantan dengan daging sapi sebagai bahan utamanya. Masakan khas dari Sumatera Barat, Indonesia ini sangat digemari di semua kalangan masyarakat baik itu di Indonesia sendiri ataupun di luar negeri.
Selain daging sapi, rendang juga menggunakan kelapa (karambia), dan campuran dari berbagai bumbu khas Indonesia di antaranya Cabai (lado), lengkuas, serai, bawang dan aneka bumbu lainnya yang biasanya disebut sebagai (Pemasak).
Pada tahun 2011 melalui jajak pendapat internet yang melibatkan 35.000 responden yang digelar CNN International, menobatkan Rendang sebagai hidangan peringkat pertama dalam daftar 'World’s 50 Most Delicious Foods' (50 Hidangan Terlezat Dunia).[1]
                                   RENDANG
Rendang.JPG
Rendang daging sapi
Informasi
Nama lainRendang Padang
AsalIndonesia
DaerahSumatera Barat
PenciptaSuku Minangkabau
Penyajian dan bahan
TahapanUtama
DisajikanPanas atau suhu ruangan
BahanDaging sapi, santan kelapa, cabai, bumbu
VariasiRendang ayam, rendang itiak (bebek), rendang hati sapi

Sabtu, 29 Oktober 2011

Sejarah Teknik membuat Batik

Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.[2]. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.[3]
Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. [2]Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.[4]
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.[4] Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa.[5] Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.[2]
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama imigran dari Indonesia ke Persekutuan Malaya juga membawa batik bersama mereka.

Batik Budaya Asli Indonesia

Budaya batik

Pahlawan wanita R.A. Kartini dan suaminya memakai rok batik. Batik motif parang yang dipakai Kartini adalah pola untuk para bangsawan
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik Cirebon bermotif mahluk laut
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.
Batik dipakai untuk membungkus seluruh tubuh oleh penari Tari Bedhoyo Ketawang di keraton jawa.

Corak batik

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

Selasa, 25 Oktober 2011

.
MAKSUD BUDAYA

.
Definisi budaya yang paling mudah ialah budaya terdiri dari semua simbol yang kita pelajari
.
Semua budaya dipelajari, tetapi bukan semua yang dipelajari merupakan budaya
.
Ini termasuklah semua tindakan dan kepercayan kita yang bukan diwarisi oleh gen, tetapi disalurkan (dan disimpan) oleh simbol.
.
Simbol sendiri (secara intrinsiknya)tidak membawa apa-apa maksud melainkan diberi maksud oleh manusia
.
Nilai kita termasuklah apa sahaja yang kita fikirkan sebagai baik melawan jahat, betul melawan salah atau cantik meawan hodoh
.
Mereka termasuklah dalam salah satu dari enam dimensi budaya
.
Komuniti atau masyarakat yang berbeza mempunyai set nilai yang berbeza Perbezaan ini membawa potensi kepada konflik nilai
.
Begitu juga dengan komuniti yang berbeza mempunyai sistem ekonomi yang berbeza ( salah satu dari enam dimensi
.
Konflik Cain-Abel ini yang sudah bermula sejak beribu tahun dahulu melibatkan hortikultur dan penternakan nomad
.
Mreka menggunakan tanah dengan cara kontra antara satu sama lain, tidak serasi dengan pihak yang satu lagi
.
Ahli hortikultur perlu memagar tanah mereka untuk menjaga sayur-sayurannya manakala penternak memerlukan kawasan yang luas untuk ternakkanya meragut rumput 
.
Cain ialah seorang tiler manakala Abel ialah seorang penternak, dan cerita mereka menjadi simbol purba yang mewakili ketidakserasian
.
Kita dapat melihat contoh untuk enam dimensi budaya yang tidak serasi dalam pelaksanaannya, dan ini mungkin menjadi asas untuk konflik budaya, yang mana dua atau lebih komuniti berbeza dan cuba menakluk kawsan atau wilayah yang sama.
.
Dalam satu komuniti, yang mempunyai satu set pembolehubah dalam kesemua enam dimensi, mungkin terdapat satu subset komuniti yang berbeza degan komunitit yang lebih besar
.
Itu adalah sub budaya. Biasanya idea ini menunjukkan satu subset nilai atau kepercayaan manakala kepelbagaian subset (sub budaya) mungkin terdapat dalam mana-mana dari enam dimensi budaya tersebut.
.
Perkataaan hegemoni' biasanya digunakan untuk hegemoni politik, yang mana terdapat satu komunitit atau masyarakat yang dominan, dan satu komuniti berdekatan yang lebih lemah, yang menyebabkan dominasi tidak formal oleh jiran yang lebih kuat. 
.
Politik hanyalah satu dari enam dimensi budaya, walau bagaimanapun, dan pengaruh atau dominasi tidak formal itu dapat diaplikasi di mana-mana satu dimensi.
.
Tidak mungkin ini hanya dapat diaplikasi dalam satu dimensi sahaja 
.
Walaupun Kanada cuba melihat mereka sebagai satu negara yang merdeka dari Amerika Syarikat, namun hubungan perdagangan menyebabkan Amerika Syarikat mendominasi ekonomi Kanada
.
Produk hiburan sastera, musik, wayang, televisyen dan radio popular di Amerika Syarikat mempunyai pasaran yang lebih kuat dan teguh berbanding Kanada, yang bermaksudt erdapat hegemoni budaya ( dari segi dimensi nilai estetika) Amerika Syarikat terhadap Kanada
.
Terdapat hubungan hegemoni yang serupa di semua benua, tapi kami d Kanada adalah lebih sedar tentang Amerika Syarikat
. ––»«––

Warisan Budaya India

Kumpulan etnik terkecil antara tiga kumpulan etnik utama di negara ini, kaum India merangkumi 10 peratus populasi. Kebanyakan berasal daripada pendatang dari Selatan India yang berbahasa Tamil, yang datang ke Malaysia sewaktu zaman penjajahan British dahulu. Mereka datang ke sini untuk mencari kehidupan yang lebih baik, luar daripada sistem kasta yang diamalkan di India. Kebanyakan beragama Hindu, mereka turut membawa budaya mereka yang unik.
Masyarakat India merupakan etnik ketiga terbesar di Malaysia dan juga salah satu kaum yang telah menyumbang ke arah pembentukan sebuah masyarakat majmuk di negara kita. Seperti masyarakat lain, masyarakat India juga kaya dengan ciri-ciri kebudayaan mereka dan masih mengekalkan kebudayaan tersebut sehingga kini. Adat resam yang diamalkan oleh masyarakat India mempunyai banyak persamaan dengan kebudayaan masyarakat Melayu. Ini jelas terlihat dalam aspek kelahiran dan perkahwinan. Masyarakat India terdiri daripada pelbagai suku kaum, justeru itu maklumat berikut hanya memaparkan adat resam masyarakat India secara umum.
 Tanda Hormat
Mereka menyapa dengan sebutan "vanakam" dan sentiasa bertanyakan tentang kesihatan, kerja, perniagaan atau sebagainya. Tetamu sentiasa dijamu minuman atau makanan dan  mesti sudi menerima hidangan dengan baik sebagai tanda hormat kepada tuan rumah. Jika menerima sesuatu, elok digunakan tangan kanan sebagai tanda kebaikan dan kesyukuran.
Peranan Keluarga
Keluarga amat penting dalam masyarakat Tamil. Meskipun bapa memainkan peranan utama tetapi ibu adalah paling dihormati yang dianggap mulia. "Ibu adalah umpama Tuhan" dan anak perempuan pun dipanggil "amma" seperti seorang ibu. Penjagaan anak perempuan amat diberi perhatian.
Perkahwinan
 india_kawin
Seorang suami pula adalah "Tuhan bagi isterinya" dan mesti sentiasa dihormati. Oleh itu proses perkahwinan ditentukan oleh seorang ketua agama yang membuat tilikan masa bertuah serta reaksi pasangan berkahwin. Masa  amatlah penting bagi segala acara dan upacara untuk mengelakkan berlakunya mala petaka ataupun nasib buruk. Untuk mengelakkan dari keadaan buruk maka biasanya perkahwinan dilakukan pada waktu tengah malam atau matahari akan naik. Upacara perkahwinan dilakukan di rumah pengantin perempuan ataupun di kuil oleh seorang ketua agama. Pada satu kawasan empat segi di kuil itu, sami akan menyalakan api dan menyembah Tuhan untuk menyaksikan perkahwinan tersebut.
Sewaktu Mengandung
Adat Valaikaappu  dilakukan ketika kandungan sulung wanita hamil menjangkau usia tujuh hingga sembilan bulan. Wanita hamil tersebut akan dipakaikan sebentuk gelang tangan baru yang dikenali sebagai Suulkaappu. Suul bermaksud `kandungan ibu” dan Kaappu pula bermaksud 'perlindungan'. Gelang ini dipakai bertujuan untuk melindungi bayi di dalam kandungan daripada kesukaran semasa bersalin.
Gelang tangan yang dipakaikan dalam upacara ini terdiri daripada beberapa jenis iaitu gelang kaca, pancalogam dan emas mengikut kemampuan masing-masing. Setelah anak dilahirkan, gelang tangan emas tersebut akan dileburkan untuk dibuat perhiasan bagi bayi tersebut dan akan dipakaikan pada hari pemberian nama.
Pada hari upacara dilakukan, hadiah kepada wanita hamil tersebut yang dikenali sebagai ciir diatur ke dalam dulang yang mempunyai bilangan ganjil. Hadiah ini termasuk barang kemas, sari, gelang tangan, serbuk kumkum, kunyit, buah-buahan, sirih pinang, sikat dan cermin serta pelbagai manisan. Hadiah di dalam dulang ini akan diletak di ruang tamu dan seterusnya upacara memandikan wanita hamil tersebut diadakan. Upacara ini juga dikenali sebagai mutugu niir (kulittal). Wanita hamil tersebut didudukkan di bilik mandi dan dimandikan dengan air seperti air susu, air kunyit, air kelapa muda, air mawar dan bunga-bungaan. Setelah mandi, wanita hamil tersebut akan dihias seperti pengantin dan seterusnya akan dikalungkan dengan kalungan bunga oleh suaminya.
Wanita hamil tersebut dipakaikan dengan sari perkahwinan atau sari baru yang dibeli oleh ibu bapanya dan didudukkan di ruang tamu. Seterusnya lampu minyak kuttu vilakku dihidupkan sebagai memohon restu Tuhan dan sebagai memulakan upacara. Berbagai makanan juga disediakan khas bagi wanita hamil tersebut seperti pelbagai jenis nasi, kuih muih, buah-buahan dan bunga-bungaan.
Semasa Bersalin
 india1
Waktu kelahiran adalah penting bagi masyarakat India di mana ia akan dicatat dengan tepat bagi menentukan bintang bayi mengikut almanak Hindu. Bintang bayi ini akan menentukan mental, fizikal dan rohani bayi sehingga dewasa.
Kelahiran
Kelahiran seorang bayi adalah  acara penting keluarga dan masyarakat. Semua saudara mara dimaklumkan apabila lahir seorang bayi. Selama 16 hari selepas lahir keluarga tidak boleh melakukan sebarang upacara agama. Pada hari ke 16 upacara penting diadakan untuk menamakan anak. Rumah akan dihiasi cantik, buaian dihiasi dan jiran-jiran dijemput bersama meraikannya.
Nama seorang anak didapati dari almanak Hindu mengikut bintang dan hari kelahirannya. Seorang ketua agama akan ditanyakan untuk mencari nama bertuah itu mengikut aksara bintangnya. Ketika menamakan, bayi itu dipangku oleh orang tua satu persatu sambil menyanyikan doa agama oleh kaum wanita. Selepas itu, saudara mara yang hadir akan memberinya gelang untuk dipakaikan sebagai tanda selamat. Pada hari ke 30, bayi itu dibawa ke kuil dan upacara diadakan dengan doa selamat.
Potong Tali Pusat
Tali pusat yang dipotong akan ditanam bersama uri dan tembuni di sekitar kawasan rumah bersama duit tembaga, serbuk kunyit, garam dan pinang. Bahan-bahan ini dimasukkan bersama untuk mengelak dari dikorek oleh binatang liar dan tidak digunakan oleh ahli sihir.
 SELEPAS KELAHIRAN
Menyapu Madu
Bayi yang baru dilahirkan juga akan disapu madu bercampur minyak sapi pada lidahnya. Di samping madu, air gula juga boleh digunakan. Minyak savvennai yang merupakan campuran minyak bijan, minyak lenga dan mambu juga kadangkala digunakan. Kegunaan minyak ini dipercayai boleh membawa kecantikan dan supaya bayi tidak diserang sebarang penyakit. Madu pula dikatakan dapat melembutkan lidah bayi dan memudahkan bayi bertutur.
Setitik minyak bijan yang dicampur dengan sedikit susu ibu dan disapu ke mulut bayi akan bertindak menjadi pelawas dalam sistem penghadaman dan membantu tumbesaran bayi tersebut.
Membawa Bayi Pulang Ke Rumah
Bayi yang dilahirkan di hospital akan dibawa pulang ke rumah pada hari ketiga, kelima, ketujuh dan sebagainya iaitu pada bilangan hari ganjil. Sebelum bayi dibawa masuk ke rumah upacara aalati dilakukan. Ia bertujuan untuk mengelakkan bala atau sebarang malapetaka dari pada berlaku.
Bagi upacara aalati ini, dulang yang mengandungi serbuk kunyit, kapur sirih yang dicairkan, arang, sirih dan kapur barus yang dinyalakan diangkat dan diputar tiga kali mengikut arah jam dan juga lawan jam. Dulang juga dilambai sebanyak tiga kali. Seterusnya para cumanggali akan mencelupkan ibu jarinya ke dalam dulang tersebut dan mencalitkan ke dahi ibu dan anak. Setelah ibu dan anak masuk ke dalam rumah, isi dulang aalati dibuang.
Mandi Selepas Bersalin
Apabila bayi dan ibu kembali ke rumah, mereka diasingkan dari ahli keluarga yang lain di sebuah bilik khas yang sentiasa dijaga kebersihannya. Bagi dua minggu pertama, orang luar dilarang melawat mereka kecuali untuk tujuan perubatan.
Jika proses bersalin secara pembedahan, ibu yang baru bersalin tidak dibenarkan mandi selama dua minggu atas sebab-sebab kesihatan akibat fizikal ibu yang lemah kerana pembedahan dan kesan kelahiran. Bagi ibu yang bersalin normal, si ibu akan mandi selang sehari selepas bersalin.
Bayi pula kebiasaanya dimandikan pada waktu tengah hari oleh seorang wanita yang berpengalaman. Mandian ini dilakukan dengan menyiram ke seluruh badan bayi dengan menggunakan air suam yang kadangkala dicampur dengan bahan-bahan herba. Ia bertujuan untuk mengelak penyakit sawan atau kuning. Susu juga digunakan sebagai bahan utama untuk melembutkan kulit bayi.
Ketika bayi dimandikan, urutan perlahan dilakukan pada tubuh bayi dan tulang belakang bayi supaya tidak bengkok. Bagi tujuan kecantikan, hidung, kening dan telinga turut diurut. Beberapa bahan seperti serbuk kunyit, minyak bijan, kas-kas dan kacang hijau yang ditumbuk digunakan sebagai pembersih badan bayi bertujuan untuk mengelakkan penyakit kulit dan melicinkan kulit bayi. Selesai dimandikan, bayi ditonggengkan dengan mengangkat kedua belah kaki sambil menepuk bahagian punggung untuk mengeluarkan kahak. Setelah itu bayi diasapkan dengan asap kemenyan, dan disapu dengan bedak yang diperbuat dari tepung beras supaya tidak dihinggapi ruam. Akhir sekali bayi akan dibedung dengan kain bertujuan untuk meluruskan anggota badan bayi.
 Mendodoi Bayi
Upacara penting dalam masyarakat India ialah amalan mendodoi. Upacara  ini juga dikenali sebagai taalaattu bermaksud penggoyangan lidah. Upacara dimulakan dengan ucapan aaraaro aariraro atau cerita-cerita nasihat. Ia bertujuan agar bayi tersebut menjadi seorang yang berguna. Namun amalan ini semakin berkurangan dilakukan dan hanya diamalkan oleh generasi tua sahaja.
Memberi Nama
Sebaik sahaja bayi berusia enam belas hari, upacara pemberian nama dilakukan. Ia dilakukan dengan memasukkan bayi ke dalam buaian dan dikendalikan oleh ahli keluarga yang tertua yang arif tentang agama dan perkara yang berkaitan dengan dewa-dewa.
Nama-nama yang dipilih lazimnya berdasarkan almanak dengan mengikut tarikh kelahiran bayi. Nama-nama tokoh sejarawan, nenek moyang serta yang berkaitan dengan agama Hindu juga dipilih bagi bayi tersebut kerana nama yang dipilih ini akan mempengaruhi perwatakannya kelak.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Sunda manda

Sunda manda merupakan salah satu permainan anak yang cukup populer di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Permainan ini dapat ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Walaupun cukup populer di kalangan masyarakat pedesaaan, namun perlu di ketahui ada yang mengungkapkan bahwa nama permainan ini sebenarnya adalah zondag-maandag yang berasal dari negeri kincir angin belanda, tapi itu baru pendapat sementara. Dolanan ini bersifat kompetitif, biasanya dimainkan oleh dua orang anak atau lebih. Area permainannya berbentuk kotak-kotak yang menyerupai tanda tambah atau pohon yang dibagi menjadi beberapa petak yang disebut ’sawah’. Biasanya anak-anak melakukan permainan ini di atas tanah matang yang rata atau lantai semen. Masing-masing pemain memegang ‘gacuk’. gacuk, yaitu berupa benda pipih dengan ukuran kecil sekitar 4-5cm. Gacuk biasanya dibuat dari pecahan genteng atau tegel. Penggunaan gacuk dengan spesifikasi pipih, karena benda pipih akan lebih mudah dikontrol ketika dilemparkan ke dalam kotak yang telah dibuat.
Untuk menentukan siapa yang bermain lebih dulu, maka dilakukan ‘pingsut’ atau suit, apabila permainan hanya diikuti oleh dua orang. Namun jika pesertanya tiga orang atau lebih, dilakukanlah hompimpah sampai terpilih urut-urutan pemain pertama, kedua, dan seterusnya.
Permainan di mulai............... Pemain pertama mengawali permainan dengan melemparkan gacuknya pada kotak pertama. Jika gacuk yang dilemparkan ke luar dari kotak yang menjadi target, atau berada di atas garis antar kotak, maka pemain tersebut dinyatakan gugur dan kesempatan diberikan kepada pemain selanjutnya. Jika lemparan gacuknya berada di dalam kotak, maka si pemain dapat melanjutkan permainan. Ia harus melompati kotak yang ada gacuk miliknya, dan melompat-lompat dengan satu kaki mengitari kotak-kotak yang lain sampai akhirnya kembali pada kotak yang ada gacuknya. Sebelum masuk pada kotak yang ada gacuknya, si pemain harus berhenti sejenak untuk mengambil gacuknya. Barulah kemudian ia dapat melanjutkan perjalannya. Pada saat melompat-lompat mengitari kotak-kotak, si pemain juga harus berhati-hati karena jika menginjak gacuk pemain lain, menyentuh garis-garis tepi kotak atau berada di luar area, ia dinyatakan gagal dan kesempatan diberikan kepada pemain urutan selanjutnya. Namun perlu di ketahui kaki tidak boleh menginjak petak di mana gacuk jatuh waktu dilemparkan artinya tidak boleh menginjak lokasi dimana lokasi gacuk berada. Seandainya pada putaran tersebut ia sukses, si pemain dapat melemparkan gacuknya pada kotak berikutnya. Selanjutnya sesuai dengan tata cara yang awal, yaitu berjalan melompat-lompat, dan tidak boleh menginjak lokasi gacuknya dia. Demikian seterusnya sampai gacuknya melewati semua kotak yang ada pada arena ingkling.
Bagi yang berhasil melewati semua kotak, maka dia bepeluang untuk memiliki secara eksklusif sebuah kotak atau biasa disebut dengan sawah, yaitu pemain lain tidak boleh menginjakkan kaki pada kotak yang telah ada pemiliknya tetapi bagi pemain yang memilikinya boleh menginjaknya dengan kedua kaki atau untuk istirahat sebentar. Namun sebelum memiliki kotak secara eksklusif, peserta harus memutari kotak-kotak ingkling dengan melompat-lompat menggunakan satu kaki, dan meletakkan gacuknya pada bagian punggung tangannya dan gacuk tidak boleh jatuh dari tangan jika jatuh harus mengulagi lagi. Setelah itu, ia dapat menentukan kotak miliknya dengan melemparkan gacuknya ke kotak dengan membelakangi arena permaianan. Kotak tempat jatuhnya gacuk itulah yang berhak menjadi kotaknya jika jatuhnya berada di luar maka diulangi dilempar pada giliran berikutnya. Untuk menandai kepemilikannya, biasanya kotak yang menjadi miliknya diberi tanda khusus, seperti gambar bintang. Pemain yang diyatakan menag yaitu pemain yang telah menjadkan semua kotak sebagai sawah.
Eitsss......... ada yang lupa nie.. dalam permainan ini juga ada tolerir yaitu jika salah satu pemain memiliki banyak kotak, dan pemain lain kesulitan untuk melompati kotak-kotak yang telah ada pemiliknya tersebut, maka pemain yang lain dapat meminta bagian dari kotak yang telah ada pemiliknya tersebut. Biasanya hanya boleh meminta sesuai dengan lebar kakai kita Dipenuhi atau tidaknya permintaan untuk membagi kotak, tergatung dari si pemilik kotak..

Tari Saman

Keterangan:
Tari Saman adalah salah satu tarian daerah Aceh yang paling terkenal saat ini. Tarian ini berasal dari dataran tinggi Gayo. Syair saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Aceh. Pada masa lalu, Tari Saman biasanya ditampilkan untuk merayakan peristiwa - peristiwa penting dalam adat dan masyarakat Aceh. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Pada kenyataannya nama "Saman" diperoleh dari salah satu ulama besar Aceh, Syech Saman.

Tari Saman biasanya ditampilkan menggunakan iringan alat musik, berupa gendang dan menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syech. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna. Tarian ini dilakukan secara berkelompok, sambil bernyanyi dengan posisi duduk berlutut dan berbanjar/bersaf tanpa menggunakan alat musik pengiring.

Karena kedinamisan geraknya, tarian ini banyak dibawak/ditarikan oleh kaum pria, tetapi perkembangan sekarang tarian ini sudah banyak ditarikan oleh penari wanita maupun campuran antara penari pria dan penari wanita. Tarian ini ditarikan kurang lebih 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi.

Tari Yapong


Asal: Propinsi DI. Yogyakarta Deskripsi: Tari ini awalnya dibuat oleh Bagong Kussudiardjo, guru tari terkenal dari Yogyakarta. Tari ini dipentaskan di Pasar Malam Bersama di Beverwijk, Belanda oleh sekelompok penari putri dari Nuansa Seni Indonesia, yaitu Putri dan Audi (keduanya berusia 9 tahun).

Minggu, 16 Oktober 2011

Penyebaran Kebudayaan Islam di Indonesia

  Penyebaran budaya Islam di Indonesia. Orang-orang Indonesia memiliki kemampuan tinggi dalam melakukan akulturisasi budaya. Ini dibuktikan dengan keberhasilan masyarakat Indonesia dalam mengakulturisasi budaya Hindu-Buddha dan yang kemudian, Islam. Penting diketahui, aspek-aspek budaya Hindu-Buddha yang diterapkan di Indonesia tidaklah “serupa benar” dengan apa yang berlaku di India. Budaya Hindu-Buddha yang asli telah mengalami sinkretisisasi dengan budaya lokal yang berkembang di Indonesia.

Sinkretisisasi ini terjadi, sebagai missal, dalam penokohan wayang. Dalam wayang Indonesia, terdapat tokoh-tokoh India “asli” seperti Yudhistira, Arjuna, Bima, ataupun tokoh-tokoh Kurawa semacam Duryudana, Dursasana, Sangkuni, ataupun Drona. Namun, setelah diterapkan di Indonesia, muncul tokoh-tokoh semisal Semar, Gareng, Petruk, ataupun Bagong yang kesemuanya dikenal sebagai Punakawan. Tokoh-tokoh Punakawan ini diperankan punya dimensi spiritual dan kemampuan yang melebihi skill para tokoh wayang India.

Sinkretisisasi budaya ini pun terjadi tatkala persebaran budaya Islam di sekujur pulau nusantara. Islam yang kemudian menggejala di nusantara memiliki sejumlah corak baru tatkala diimplementasikan di bumi Indonesia. Tulisan ini akan melakukan perjalanan singkat dalam melihat pengaruh-pengaruh Islam terhadap budaya lokal yang berkembang di Indonesia.

MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

Islam berkembang lewat perantaraan bahasa Arab. Kontak antara Islam dengan kepulauan nusantara sebagian besar berlangsung di wilayah pesisir pantai. Utamanya lewat proses perdagangan antara penduduk lokal dengan para pedagang bangsa Persia, Arab, dan India Gujarat. Kontak-kontak ini, pada perkembangannya, memunculkan proses akulturisasi budaya. Islam kemudian muncul sebagai “competing” culture Hindu-Buddha.

M.C. Ricklefs dari Australian National University menyebutkan 2 proses masuknya Islam ke nusantara. Pertama, penduduk pribumi mengalami kontak dengan agama Islam dan kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang asing (Arab, India, Cina) yang telah memeluk agama Islam tinggal secara tetap di suatu wilayah Indonesia, kawin dengan penduduk asli, dan mengikuti gaya hidup lokal sedemikian rupa sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa, Melayu, atau suku lainnya.1

Teori lain seputar masuknya Islam dari Timur Tengah ke nusantara diajukan Supartono Widyosiswoyo.2 Menurutnya, penetrasi tersebut dapat dibagi ke dalam 3 gelombang yaitu : Jalur Utara, Jalur Tengah, dan Jalur Selatan. Ketiga gelombang ini didasarkan pada pangkal wilayah persebaran Islam yang memasuki Indonesia.

Jalur Utara adalah proses masuknya Islam dari Persia dan Mesopotamia. Dari sana, Islam beranjak ke timur lewat jalur darat Afganistan, Pakistan, Gujarat, lalu menempuh jalur laut menuju Indonesia. Lewat Jalur Utara ini, Islam tampil dalam bentuk barunya yaitu aliran Tasawuf. Dalam aliran ini, Islam dikombinasikan dengan penguatan pengalaman personal dalam pendekatan diri terhadap Tuhan. Aliran inilah yang secara cepat masuk dan melakukan penetrasi penganut baru Islam di nusantara. Aceh merupakah salah satu basis persebaran Islam Jalur Utara ini.

Jalur Tengah adalah proses masuknya Islam dari bagian barat lembah Sungai Yordan dan bagian timur semenanjung Arabia (Hadramaut). Dari sini Islam menyebar dalam bentuknya yang relatif asli, di antaranya adalah aliran Wahabi. Pengaruh terutama cukup mengena di wilayah Sumatera Barat. Ini dapat terjadi oleh sebab dari Hadramaut perjalanan laut dapat langsung sampai ke pantai barat pulau Sumatera.

Jalur Selatan pangkalnya adalah di wilayah Mesir. Saat itu Kairo merupakan pusat penyiaran agama Islam yang modern dan Indonesia memperoleh pengaruh tertama dalam organisasi keagamaan yang disebut Muhammadiyah. Kegiatan lewat jalur ini terutama pendidikan, dakwah, dan penentangan bid’ah.

Petunjuk tegas pertama seputar munculnya Islam di nusantara adalah ditemukannya nisan Sultan Sulaiman bin Abdullah bin al-Basir yang wafat tahun 608H atau 1211 M, di pemakaman Lamreh, Sumatera bagian Utara. Nisan ini sekaligus menunjukkan adanya kerajaan Islam pertama di nusantara. Mazhab yang berkembang di wilayah Sumatera bagian Utara awal perkembangan Islam ini, menurut Ibnu Battuta (musafir Maroko) adalah Syafi’i.3

Semakin signifikannya pengaruh Islam di nusantara adalah dengan berdirinya sejumlah kerajaan. Jean Gelman-Taylor mencatat di Ternate (Maluku) penguasanya melakukan konversi ke Islam tahun 1460.4 Di Demak, penguasanya mendirikan kota muslim tahun 1470, sementara kota-kota pelabuhan di sekitarnya seperti Tuban, Gresik, dan Cirebon menyusul pada tahun 1500-an. Sekitar tahun 1515 pelabuhan Aceh memiliki penguasa Islam, disusul Madura pada 1528, Gorontalo 1525, Butung 1542. Tahun 1605 penguasa Luwuk, Tallo, dan Gowa (Sulawesi Selatan) masuk Islam dan 1611 semenanjung Sulawesi Selatan telah dikuasai penguasa Islam.

Pada perkembangannya, terjadi proses saling pengaruh antara Islam yang sudah berakulturisasi dengan budaya lokal dengan Islam yang masuk dari wilayah Timur Tengah. Ini terutama semakin mengemuka di saat berkuasanya rezim Ibnu Saud yang menggunakan Wahhabi sebagai paham keislamannya. Tulisan ini tidak akan menyentuh bagaimana konflik yang berlangsung antara kedua tipologi Islam tersebut. Tulisan hanya menghampiri sejumlah pengaruh yang dibawa Islam ke dalam budaya-budaya yang berkembang di Indonesia.

  METODE PENETRASI
Metode penetrasi Islam ke nusantara cukup bervariasi. Supartono Widyosiswoyo menyebut sekurangnya ada 6 metode yaitu: perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, seni dan pelapisan sosial.5 Perdagangan merupakan metode penetrasi Islam yang paling kentara. Dalam proses ini, pedagang nusantara dan asing saling bertemu dan bertukar pengaruh. Pedagang asing terdiri atas pedagang Gujarat dan Timur Tengah. Mereka ini bertemu dengan para adipati wilayah pesisir yang hendak melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Sebagian dari para pedagang asing ini menetap di wilayah yang berdekatan dengan pantai dan menularkan kebudayaan Islam mereka.

Perkawinan banyak dilakukan antara pedagang selaku perantau dengan putri-putri adipati. Dalam pernikahan, mempelai pria biasanya mengajukan syarat pengucapan kalimat syahadat sebagai sahnya pernikahan. Anak-anak yang dihasilkan dari pernikahan tersebut mengikuti agama orang tuanya.

Tasawuf merupakan metode beragama yang banyak menarik kalangan pribumi Indonesia. Metodenya yang toleran dan tidak mengakibatkan cultural shock cukup membuat “banjir” penganut Islam baru. Tasawuf ini tidak menciptakan posisi diametral dengan budaya Hindu-Buddha ataupun tradisi lokal yang sebelumnya digenggam orang pribumi. Tokoh-tokoh tasawuf seperti Hamzah Fansuri, Syamsudin Pasai, ataupun Wali Songo (termasuk juga Syekh Siti Jenar) mengambil posisi kunci dalam metode penyebaran Islam lewat tasawuf ini.

Pendidikan merupakan salah satu metode penyebaran Islam. Sebelum Islam masuk, Indonesia dikenal sebagai basis pendidikan agama Buddha, khususnya perguruan Nalendra di Sumatera Selatan. Pecantrikan dan Mandala adalah “sekolah” tempat para penuntut ilmu di kalangan penduduk pra Islam. Setelah Islam masuk, peran Pecantrikan dan Mandala tersebut diambil alih dan diberi muatan Islam ke dalamnya.

Seni, tidak bisa dipungkiri, punya peran signifikan dalam penyebaran Islam. Orang Indonesia merupakan seniman-seniman yang punya kemashuran tingkat tinggi. Lewat seni inilah, Islam relatif lebih mudah diterima ketimbang metode-metode lain. Sunan Kalijaga misalnya, menggunakan wayang sebagai cara dakwah. Sunan Bonang menggunakan gamelan untuk melantunkan syair-syair keagamaan. Ini belum termasuk tokoh-tokoh lain yang mengadaptasi seni kerajinan lokal dan Hindu-Buddha untuk kemudian diberi muatan Islam.

Pelapisan sosial akhirnya menempati posisi kunci. Problem utama di agama sebelumnya adalah stratifikasi sosial berdasarkan kasta. Meski tidak terlampau ketat, Hindu di Indonesia sedikit banyak dipengaruhi kasta sosial seperti Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra dan Paria. Utamanya, masyarakat biasa kurang “leluasa” dengan sistem ini oleh sebab mengakibatkan sejumlah keterbatasan. Lalu, Islam datang dan tidak mengenal stratifikasi sosial. Tentu saja, orang-orang Indonesia yang hendak “bebas” merespon dengan baik agama ini.

  BAHASA
  Awalnya, konversi Islam terjadi di semenanjung Malaya dan sekitarnya. Menyusul konversi tersebut, penduduknya meneruskan penggunaan bahasa Melayu. Melayu ini digunakan sebagai bahasa dagang dan banyak digunakan di bagian barat kepulauan Indonesia. Sesuai dengan perkembangan awal Islam, bahasa Melayu pun telah memasukkan sejumlah kosakata Arab ke dalam struktur bahasanya. Bahkan, Taylor mencatat sekitar 15% dari kosakata bahasa Melayu merupakan adaptasi dari bahasa Arab.6 Selain itu, terjadi modifikasi atas huruf-huruf Pallawa ke dalam huruf Arab, dan ini kemudian dikenal sebagai huruf Jawi.

Seiring naiknya Islam sebagai agama dominan di kepulauan nusantara, terjadi pula adaptasi bahasa yang digunakan Islam. Ini diantaranya merasuk ke struktur penanggalan Saka yang menjadi mainstream di kebudayaan Hindu-Buddha. Misalnya, nama-nama bulan Islam kemudian disinkretisasi oleh Sultan Agung (Mataram Islam) ke dalam sistem penanggalan Saka. Penanggalan Saka berbasiskan penanggalan Matahari (mirip Gregorian), sementara penanggalan Islam berbasis peredaran Bulan.

Sultan Agung pada 1625 mendekritkan perubahan penanggalan Saka menjadi penanggalan Jawa yang banyak dipengaruhi budaya Islam. Nama-nama bulan yang digunakan adalah 12, sama dengan penanggalan Hijriyah (versi Islam). Demikian pula, nama-nama bulan mengacu pada bahasa bulan Arab yaitu Sura (Muharram), Sapar (Safar), Mulud (Rabi’ul Awal), Bakda Mulud (Rabi’ul Akhir), Jumadilawal (Jumadil Awal), Jumadilakir (Jumadil Akhir), Rejeb (Rajab), Ruwah (Sya’ban), Pasa (Ramadhan), Sawal (Syawal), Sela (Dzulqaidah), dan Besar (Dzulhijjah). Namun, penanggalan hariannya tetap mengikuti penanggalan Saka oleh sebab penanggalan harian Saka saat itu paling banyak digunakan penduduk.

Selain masalah pembagian bulan, bahasa Arab pun merambah ke struktur kosakata. Sama dengan sejumlah bahasa Sanskerta yang akhirnya diakui selaku bagian dari bahasa Indonesia, sejumlah kata Arab pun akhirnya masuk ke dalam struktur bahasa Indonesia, yang di antaranya adalah :


Bahasa Arab ini bahkan semakin signifikan di abad ke-18 dan 19 di Indonesia, di mana masyarakat nusantara lebih dapat membaca huruf Arab ketimbang Latin. Bahkan, di masa kolonial Belanda ini, mata uang ditulis dalam huruf Arab Melayu, Arab Pegon, ataupun Arab Jawi. Tulisan Arab pun kerap masih diketemukan di dalam tulisan batu nisan.
PESANTREN

    Salah satu wujud pengaruh Islam yang secara budaya lebih sistemik adalah pesantren. Asal katanya kemungkinan “shastri” yang berarti “orang-orang yang tahu kitab suci agama Hindu” dari bahasa Sanskerta. Atau, “cantrik” dari bahasa Jawa yang berarti “orang yang mengikuti kemana pun gurunya pergi. Fenomena pesantren sesungguhnya telah berkembang sebelum Islam masuk. Pesantren saat itu menjadi tempat pendidikan dan pengajaran agama Hindu. Setelah Islam masuk, materi dan proses pendidikan di pesantren diambilalih oleh Islam.

Pesantren pada dasarnya sebuah asrama pendidikan Islam tradisional. Siswa tinggal bersama dan belajar ilmu-ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru yang dikenal dengan sebutan Kyai. Asrama siswa berada di dalam kompleks pesantren di mana kyai berdomisili. Dengan kata lain, pesantren dapat diidentifikasi dengan adanya 5 elemen pokok yaitu : pondok, masjid, santri, kyai, dan kitab-kitab klasik.7

Seputar peran signifikan pesantren ini, Harry J. Benda menyebut bahwa sejarah Islam ala Indonesia adalah sejarah memperbesarkan peradaban santri dan pengaruhnya terhadap kehidupan keagamaan, sosial, dan ekonomi di Indonesia.8 Melalui pesantren ini, budaya Islam dikembangkan dan beradaptasi terhadap budaya lokal yang berkembang di sekitarnya.

  MASJID   Masjid adalah tempat beribadah bagi kalangan Islam. Masjid-masjid awal yang terbentuk pasca penetrasi Islam ke nusantara cukup berbeda dengan yang berkembang di Timur Tengah. Di antaranya adalah, tidak terdapatnya kubah di puncak bangunan. Kubah ini tergantikan dengan semacam “meru” yaitu susunan limas (biasanya tiga tingkat atau lima) serupa dengan bangunan-bangunan Hindu. Masjid Banten memiliki meru 5 lingkat, sementara masjid Kudus dan Demak 3 tingkat. Namun secara umum, bentuk bangunan dinding yang bujur sangkar adalah sama dengan yang berkembang di budaya induknya.9

Lalu, di Indonesia menara masjid biasanya tidak dibangun. Peran menara ini digantikan oleh bedug atau tabuh yang menandai masuknya waktu shalat. Setelah bedug atau tabuh dibunyikan, mulailah panggilan sembahyang dilakukan. Namun, ada pula menara yang dibangun semisal di masjid Kudus dan Demak. Uniknya, bentuk menara mirip dengan bangunan candi Hindu. Meskipun kini wujud masjid yang dibangun di Indonesia telah dilengkapi menara, tetapi bangunan-bangunan masjid jauh di masa sebelumnya masih mempertahankan bentuk lokalnya.

   MAKAM  Makam adalah lokasi dikebumikannya jasad seseorang pasca meninggal dunia. Setelah pengaruh Islam, makam seorang berpengaruh tidak lagi diwujudkan ke dalam bentuk candi melainkan Cuma sekadar “cungkup.” Juga, di lokasi tubuh dikebumikan ditandai oleh nisan. Nisan ini merupakan bentuk penerapan Islam di Indonesia. Nisan Indonesia bukan sekadar batu, melainkan juga terdapat ukiran yang menandai nama siapa yang dikebumikan.
 

   SENI UKIR
  
Ajaran Islam (terutama di Saudi Arabia) melakukan pelarangan kreasi makhluk bernyawa ke dalam seni. Larangan ini pun dipegang teguh oleh orang-orang Islam Indonesia. Sebagai penggantinya, mereka aktif membuat kaligrafi dan ukiran yang “tersamar”. Misalnya bentuk dedaunan, bunga, bukit-bukit karang, pemandangan, serta garis-garis geometris. Termasuk ke dalamnya pembuatan kaligrafi huruf Arab. Ukiran seperti ini terdapat di Masjid Mantingan dekat Jepara, daerah Indonesia yang memang terkenal karena seni ukirnya.

  SASTRA
  
Seperti pengaruh Hindu-Buddha, Islam pun memberi pengaruh terhadap seni sastra nusantara. Sastra yang dipengaruhi Islam ini terutama berkembang di daerah sekitar Selat Malaka dan Jawa. Di sekitar Selat Malaka merupakan perkembangan baru, sementara di Jawa merupakan kembangan dari sastra Hindu-Buddha.

Para sastrawan Islam melakukan penggubahan-penggubahan baru terhadap Mahabarata, Ramayana, dan Pancatantra. Hasil gubahan ini misalnya Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Perang Pandawa Jaya, Hikayat Seri Rama, Hikayat Maharaja Rawana, Hikayat Panjatanderan. Di Jawa, muncul sastra-sastra lama yang dipengaruhi Islam semisal Bratayuda, Serat Rama, Arjuna Sasrabahu.

Di Melayu berkembang Sya’ir, terutama yang digubah Hamzah Fansuri berupa suluk (kitab yang membentangkan persoalan tasawuf). Suluk yang digubah Fansuri ini diantaranya Sya’ir Perahu, Sya’ir Si Burung Pingai, Asrar al-Arifin, dan Syarab al Asyiqin.

Sabtu, 15 Oktober 2011

Budaya Sunda

Sunda berasal dari kata Su = Bagus/ Baik, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang Sunda diyakini memiliki etos/ watak/ karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak / karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (pandai/ cerdas) yang sudah dijalankan sejak jaman Salaka Nagara sampai ke Pakuan Pajajaran, telah membawa kemakmuran dan kesejahteraan lebih dari 1000 tahun.
Sunda merupakan kebudayaan masyarakat yang tinggal di wilayah barat pulau Jawa namun dengan berjalannya waktu telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda merupakan cikal bakal berdirinya peradaban di Nusantara, di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara. Bahkan menurut Stephen Openheimer dalam bukunya berjudul Sundaland, Tatar Sunda/ Paparan Sunda (Sundaland) merupakan pusat peradaban di dunia. Sejak dari awal hingga kini, budaya Sunda terbentuk sebagai satu budaya luhur di Indonesia. Namun, modernisasi dan masuknya budaya luar lambat laun mengikis keluhuran budaya Sunda, yang membentuk etos dan watak manusia Sunda.
Makna kata Sunda sangat luhur, yakni cahaya, cemerlang, putih, atau bersih. Makna kata Sunda itu tidak hanya ditampilkan dalam penampilan, tapi juga didalami dalam hati. Karena itu, orang Sunda yang 'nyunda' perlu memiliki hati yang luhur pula. Itulah yang perlu dipahami bila mencintai, sekaligus bangga terhadap budaya Sunda yang dimilikinya.
Setiap bangsa memiliki etos, kultur, dan budaya yang berbeda. Namun tidaklah heran jika ada bangsa yang berhasrat menanamkan etos budayanya kepada bangsa lain. Karena beranggapan, bahwa etos dan kultur budaya memiliki kelebihan. Kecenderungan ini terlihat pada etos dan kultur budaya bangsa kita, karena dalam beberapa dekade telah terimbas oleh budaya bangsa lain. Arus modernisasi menggempur budaya nasional yang menjadi jati diri bangsa. Budaya nasional kini terlihat sangat kuno, bahkan ada generasi muda yang malu mempelajarinya. Kemampuan menguasai kesenian tradisional dianggap tak bermanfaat. Rasa bangsa kian terkikis, karena budaya bangsa lain lebih terlihat menyilaukan. Kondisi memprihatinkan ini juga terjadi pada budaya Sunda, sehingga orang Sunda kehilangan jati dirinya. 
Untuk menghadapi keterpurukan kebudayaan Sunda, ada baiknya kita melangkah ke belakang dulu. Mempelajari, dan mengumpulkan pasir mutiara yang berserakan selama ini. Banyak petuah bijak dan khazanah ucapan nenek moyang jadi berkarat, akibat tidak pernah tersentuh pemiliknya. Hal ini disebabkan keengganan untuk mempelajari dengan seksama, bahkan mereka beranggapan ketinggalan zaman. Bila dipelajari, sebenarnya pancaran etika moral Sunda memiliki khazanah hikmah yang luar biasa. Hal itu terproyeksikan lewat tradisinya. Karena itu, marilah kita kenali kembali, dan menguak beberapa butir peninggalan nenek moyang Sunda yang hampir.
Ada beberapa etos atau watak dalam budaya Sunda tentang satu jalan menuju keutamaan hidup. Selain itu, etos dan watak Sunda juga dapat menjadi bekal keselamatan dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Etos dan watak Sunda itu ada lima, yakni cageur, bageur, bener, singer, dan pinter yang sudah lahir sekitar jaman Salakanagara dan Tarumanagara. Ada bentuk lain ucapan sesepuh Sunda yang lahir pada abad tersebut. Lima kata itu diyakini mampu menghadapi keterpurukan akibat penjajahan pada zaman itu. Coba kita resapi pelita kehidupan lewat lima kata itu. Semua ini sebagai dasar utama urang Sunda yang hidupnya harus 'nyunda', termasuk para pemimpin bangsa.
Cara meresapinya dengan memahami artinya. Cageur, yakni harus sehat jasmani dan rohani, sehat berpikir, sehat berpendapat, sehat lahir dan batin, sehat moral, sehat berbuat dan bertindak, sehat berprasangka atau menjauhkan sifat suudzonisme. Bageur yaitu baik hati, sayang kepada sesama, banyak memberi pendapat dan kaidah moril terpuji ataupun materi, tidak pelit, tidak emosional, baik hati, penolong dan ikhlas menjalankan serta mengamalkan, bukan hanya dibaca atau diucapkan saja. Bener yaitu tidak bohong, tidak asal-asalan dalam mengerjakan tugas pekerjaan, amanah, lurus menjalankan agama, benar dalam memimpin, berdagang, tidak memalsu atau mengurangi timbangan, dan tidak merusak alam. Singer, yaitu penuh mawas diri bukan was-was, mengerti pada setiap tugas, mendahulukan orang lain sebelum pribadi, pandai menghargai pendapat yang lain, penuh kasih sayang, tidak cepat marah jika dikritik tetapi diresapi makna esensinya. Pinter, yaitu pandai ilmu dunia dan akhirat, mengerti ilmu agama sampai ke dasarnya, luas jangkauan ilmu dunia dan akhirat walau berbeda keyakinan, pandai menyesuaikan diri dengan sesama, pandai mengemukakan dan membereskan masalah pelik dengan bijaksana, dan tidak merasa pintar sendiri sambil menyudutkan orang lain.
Sumber: Bapak Eman Sulaeman, Yayasan Hanjuang Bodas, Bogor.